Suatu upaya memahami hakikat waktu sehingga dapat menghargai dan memanfaatkannya dengan bijak, tepat, cermat dan berdaya guna bagi kehidupan.
Oleh: Pdt. Jotje Hanri Karuh
Apa itu waktu?
Waktu adalah milik berharga yang kita miliki dari Tuhan.
Waktu adalah bagian hidup manusia sehari-hari.
Tetapi waktu seringkali berlalu begitu saja tanpa sungguh-sungguh mendapat perhatian.
Waktu kita tidak dapat digantikan, sekali ia berlalu selamanya berlalu.
PENTINGNYA WAKTU
Apakah waktu sangat bernilai bagi kehidupan manusia?
Untuk mengetahui nilai satu tahun
Tanyakan pada seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikan kelasnya
Untuk mengetahui nilai satu bulan
Tanyakan pada seorang ibu yang melahirkan bayi prematur
Untuk mengetahui nilai satu minggu
Tanyakan pada seorang editor majalah mingguan
Untuk mengetahui nilai satu hari
Tanyakan pada seorang buruh harian yang punya enam anak untuk diberi makan
Untuk mengetahui nilai satu jam
Tanyakan pada seorang kekasih yang menantikan waktu untuk bertemu
Untuk mengetahui nilai satu menit
Tanyakan pada seseorang yang ketinggalan kereta
Untuk mengetahui nilai satu detik
Tanyakan pada seseorang yang selamat dari kecelakaan
Untuk mengetahui nilai satu milidetik
Tanyakan pada seorang pelari cepat yang memenangkan medali di Olimpiade.
Bagaimana memanfaatkan waktu kehidupan agar hidup kita bermakna, bagaimana kehadiran kita di dunia menjadi berkat bagi sesama; merupakan pertanyaan dan upaya yang harus terus-menerus kita lakukan.
Waktu: Kronos dan Kairos
Lain halnya dengan Kairos. Kairos adalah waktu dalam arti waktu yang diberikan Tuhan dan yang di dalamnya terdapat kesempatan (Ibrani 11: 15) bagi kita untuk bertindak penuh kasih atau melakukan sesuatu yang penting atau bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama (Roma 13:11; Galatia 6: 10; Efesus 5: 15-16; Kolose 4: 5). Kairos juga dapat menunjuk kepada waktunya Tuhan bertindak untuk mendatangkan kebaikan bagi manusia (Pengkhotbah 3: 11).
Perlu dicatat, walaupun terdapat perbedaan makna, kedua kata tersebut (kronos dan kairos) sama-sama memandang waktu sebagai milik Tuhan. Waktu adalah pemberian Tuhan yang diberikan kepada manusia bukan karena kita berhak menerimanya, melainkan pemberian karena anugerah semata. Oleh sebab itu, cara dan bagaimana kita memanfatkan waktu yang Tuhan berikan menjadi persoalan penting bagi kita.
Kairos pada khususnya mengajak kita untuk menggunakan waktu dengan bijak, berdaya guna, cermat dan tepat guna. Dalam pengertian ini termasuk juga penggunaan waktu yang seimbang dan utuh. Misalnya penggunaan waktu antara untuk keluarga, pelayanan, pekerjaan dan beristirahat. Keseimbangan dan keutuhan dalam pembagian waktu itu tergantung dari situasi pribadi masing-masing. Paham hedonisme yang menganggap bersenang-senang adalah tujuan hidup manusia tidak mendapat tempat dalam pengertian kairos ini. Sebaliknya, kata kairos juga menolak pandangan yang menganggap bahwa bersenang-senang adalah dosa. Yang penting ialah bagaimana sikap etis kita dalam memanfaatkan waktu (dan kesempatan di dalamnya) yang Tuhan berikan dengan bijak, berdaya guna, cermat dan tepat guna.
MANAJEMEN WAKTU ADALAH MANAJEMEN DIRI SENDIRI
Waktu adalah bahan mentah kehidupan. Berlalunya waktu setiap hari memberi kepada kita kesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya. Rasul Petrus mendorong kita untuk “bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus” (II Petrus 3:18). Hal ini terjadi dalam suatu kurun waktu. Keberhasilan atau ketidakberhasilan pribadi kita dalam keseluruhan aktifitas tergantung dari efektif tidaknya penggunaan waktu kita.
Pelayanan kita sebagai Guru Sekolah Minggu di tengah kesibukan sehari-hari sebenarnya menunjuk kepada kemampuan kita dalam mengelola waktu yang Tuhan berikan kepada kita. Tidak ada seorang pun yang mempunyai waktu yang lebih banyak atau yang lebih sedikit. Kepada kita masing-masing diberi 24 jam sehari, 1440 menit sehari dan 168 jam seminggu. Kita semua mempunyai waktu yang sama setiap harinya. Yang membedakannya hanyalah kualitas pemanfaatan waktu yang ada. Ada kalimat bijak yang mengatakan, “Bukanlah hari-hari dalam hidup anda yang berarti, melainkan hidup dalam hari-hari anda.”
Bagaimana mengelola waktu kita sehingga dapat melayani di tengah-tengah kesibukan kita? Peter Drucker menulis, “Manajemen waktu membutuhkan disiplin diri.” Dengan kata lain, kita dapat melayani walaupun banyak aktifitas yang dilakukan asalkan kita dapat mendisiplinkan diri di dalam pemanfaatan waktu yang ada. Kita harus belajar untuk dapat menetapkan prioritas-prioritas kehidupan dan mengatur waktu kehidupan yang kita jalani.
Pada umumnya, orang membuat empat kategori penggunaan waktu yang menentukannya dalam memilih prioritas aktivitas, yaitu:
Hal yang sangat penting dan sangat mendesak. Kegiatan ini tidak dapat ditunda-tunda. Harus segera dilaksanakan.
Hal yang penting tetapi tidak mendesak. Kegiatan ini penting tetapi tidak menjadi prioritas utama untuk didahulukan. Ia dapat dilakukan setelah yang sangat penting dan sangat mendesak itu.
Kegiatan yang hanya membuat (sekedar) sibuk. Kegiatan ini tidak terlalu penting dan hanya menambah kesibukan saja. Tidak dilakukan pun tidak akan menimbulkan kerugian bagi kita.
Waktu yang terbuang. Inilah waktu yang kita sia-siakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Salah satu penyakit yang membuat kita gagal dalam mempergunakan waktu adalah kebiasaan menunda-nunda untuk melakukan sesuatu/pekerjaan. Mereka yang dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin adalah orang yang berhikmat. Bukankah Kristus Yesus sendiri telah memberikan teladanNya dalam hal penggunan waktu? Usianya sekitar 33 tahun, tetapi Ia mempergunakan tiap kesempatan yang ada. Sehingga ketika disalib dalam usia relatif masih muda, Ia telah menyelesaikan karyaNya dengan tuntas.
Semasa hidupnya, Leo Tolstoy (1828 – 1910) ,sastrawan terbesar Rusia, ahli filsafat moral dan salah satu novelis terkenal dunia, mempunyai pertanyaan yang masih sangat populer hingga sekarang ini: “Kapan waktu terbaik untuk melakukan setiap hal?” Jawaban ringkas Tolstoy atas pertanyaan tersebut ialah: “Ingatlah bahwa hanya ada satu waktu yang penting dan waktu itu adalah “saat ini”. Saat ini merupakan satu-satunya waktu yang dapat kita kendalikan.” Waktu sekarang ini adalah waktu yang sangat berharga. Waktu yang lewat tidak dapat kita koreksi. Sedangkan masa yang akan datang masih ada di depan dan kita belum memasukinya. Waktu sekarang inilah yang paling penting. Penting untuk belajar dari kesalahan dan melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Memanfaatkan hari ini dengan sepenuhnya merupakan persiapan terbaik untuk memasuki hari esok.
Kita semua diberi waktu. Berapa lama berlangsungnya waktu (kronos) kita tidak tahu, hanya Tuhan yang tahu. Yang penting ialah bagaimana kita menggunakan waktu (kairos) sebijaksana mungkin. Sehingga hidup dan kehidupan kita bermakna bagi sesama, gereja serta memuliakan Tuhan. Oleh sebab itu, sangat baik apabila kita berkata seperti pemazmur, “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian rupa sehingga kami mempunyai hati yang bijaksana.” (Mazmur 90: 12). Bijaksana berarti mau belajar dari masa lalu. Bijaksana juga berarti tidak ingin melewatkan waktu sedetik pun dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Setiap detik adalah moment penting bagi kita untuk berakar, bertumbuh dan berbuah (Kolose 2: 7). Mazmur 90: 12 merupakan doa yang penuh kerendahan hati. Doa yang mau mengoreksi diri dan memperbaruinya. Mari kita jadikan doa pemazmur ini menjadi doa kita juga.
Setiap orang mempunyai waktu yang sama. Dan waktu itu berjalan di luar kemauan dan kuasa kita. Ia tidak dapat ditambah atau dikurangi. Tetapi yang dapat kita lakukan ialah mengelola, memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin. Sehingga sebagai Guru Sekolah Minggu atau Pendeta, yang pasti mempunyai kesibukannya tersendiri, kita dapat melayani Tuhan dengan baik tanpa ada konflik. Berbahagialah, apabila di tengah kesibukan Saudara, Tuhan masih memanggil Saudara untuk melayani. Be blessed!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar